remaja dan genk motor

Bab 1
pendahuluan

1.1 latar belakang masalah

 “Berandalan Bermotor Bikin Onar” Aksi yang dilakukan berandalan motor dalam menghabiskan sisa tahun baru. Bahkan mereka pun membuat warga yang hendak berangkat ke masjid pun menjadi urung dan kembali ke rumah. Terbayang, suasana mencekam karena di antara mereka ada yang membawa senjata tajam dan samurai.

Senada dengan apa yang disampaikan Agus Wahyudin, Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, penulis juga beranggapan bahwa aksi tersebut jangan dianggap hanya sebagai kenakalan remaja. Karena, kalau kita telaah dalam pandangan Islam, masa remaja atau pemuda sudah termasuk dalam fase baligh. Yaitu fase di mana amal baik dan buruknya sudah dihisab oleh Allah SWT. Sehingga, sejatinya masa remaja bukanlah masa pencarian jati diri, namun merupakan masa pembuktian jati diri.
Setiap manusia, tidak terkecuali para pemuda, memiliki potensi yang sama dengan manusia pada umumnya. Muhammad Husain Abdullah dalam Mafahim Islamiyyah menjelaskan bahwa di antara potensi tersebut yaitu Gharizatul Baqo (Naluri Eksistensi Diri).

Naluri ini senantiasa merayu manusia untuk selalu ingin eksis di tengah populasinya. Potensi inilah yang seringkali menumbuhkan keakuan dan keegoan yang besar.
Keberadaan naluri yang dimiliki oleh setiap insan bukanlah pembenar atas setiap tindakannya. Keberadaan naluri itu bisa dan tentu harus dikendalikan. Akal-lah yang kemudian menjadi pemilah dan pemilih. Bagi para pemuda muslim, tentu pemahaman Islam-lah satu-satunya sumber rujukan akal ketika berpikir. Aqidah dan syariah Islam-lah yang seharusnya menjadi pembeda dalam memenuhi setiap dorongan


1.2Rumusan masalah

  1. bagaimana cara mnegatasai masalah remaja dengan genk motor?
  2. bagaiman peran orang tua untuk menjaga anaknya dari genk motor?

1.3 tujuan penelitian

  1. 1.supaya remaja mengetahui tentang bahaya nya genk motor.
  2. 2.remaja tidak boleh terpengaruh oleh genk motor.


1.4 manfaat penelitian

  1. 1.remaja lebih dapat menelaah baik buruk nya genk motor.
  2. 2.remaja lebih menghargai sesuatu yang tidak bermanfaat.