KLASIFIKASI HUTAN
A.
Berdasarkan
Jenisnya
1.
Hutan tropis,
yakni hutan yang letaknya berada di wilayah khatulistiwa.
Pengertian dan Definisi dari
Hutan tropis adalah hutan alam yang terletak di antara garis 23°27"
Lintang Utara dan 23°27" Lintang Selatan, berada pada daerah iklim tropis.
Hutan Tropis terdapat di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, Australia
bagian Utara, sebagian besar wilayah Afrika, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah
dan sebagian besar wilayah Amerika Selatan. Luas dari daerah tropis mencakup 30
persen dari keseluruhan wilayah di permukaan bumi.
Di daerah hutan tropis hanya terdapat dua musim
yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan curah hujan yang tinggi. Berbeda
dengan daerah sub tropis atau temperate yang mempunyai empat musim yaitu musim
panas (summer), musim gugur (autum), musim dingin (winter) dan musim semi
(spring).
Keragaman jenis satwa maupun flora di daerah hutan
tropis sangat tinggi dibandingkan pada lokasi yang lain. Kondisi habitat pada
daerah hutan tropis sangat heterogen, menyebabkan muculnya keanekaragaman jenis
yang tinggi. Keranekaragaman jenis yang terbesar terdapat pada hutan tropis di
Asia Tenggara, kemudian hutan tropis Amazon setelah itu hutan tropis Afrika.
Perkiraan jumlah spesies pohon di hutan tropis Asia Tenggara sebanyak 12.000 -
15.000 spesies, untuk hutan tropis Amazon Amerika Latin sebesar 5000 - 7000
spesies, sedang pada hutan tropis Afrika sebesar 2000 - 5000 spesies.
Struktur hutan tropis secara vertikal terdapat
beberapa stratifikasi. Struktur vertikal hutan tropis berlapis-lapis disebut
stratum yang terdiri dari :
- Stratum bawah
- Stratum tengah
- Stratum atas
- Pohon tertinggi
Richard (1952) membagi stratifikasi pada hutan
tropis menjadi beberapa stratum tergantung kondisi hutan tropis tersebut,
seperti Stratum A, Stratum B, Stratum C, Startum D, dan Stratum E.
2.
Hutan temperate
yakni hutan yang berada di wilayah dengan 4 musim.
Hutan temperate berada di kawasan Eropa yang
memiliki empat musim yakni panas, gugur, dingin (salju), dan semi. Hutan di
kawasan itu tak rimbun, daunnya tak selalu hijau. Semak belukar dan rumput juga
jarang. Jadi hutan temperate mirip deretan pohon semata, tanpa semak dan
rumput.
Beberapa jenis tanaman di antaranya
pohon oak, beech, dan pohon mappel yang enak dijadikan sirup. Pohon di hutan
temperate tak tumbuh sepanjang tahun. Pada musim semi dan panas, mereka
berkesempatan menggemukkan badan. Namun memasuki musim gugur dan salju, mau tak
mau pohon-pohon itu harus “istirahat”. Jadi pertumbuhannya tak secepat hutan
tropis.
Hutan boreal berada di kawasan
kutub, di antaranya Alaska, Kanada, Rusia, Swedia, Norwegia, dan Finlandia.
Kutub adalah lingkungan yang keras. Salju dan hawa dingin menyelimuti kawasan
itu hampir sepanjang musim. Pada musim dingin mencapai minus 50 derajat
celcius.
Karena sinar matahari langka,
tumbuhan sulit melakukan fotosintesis. Makanya pohonnya kecil dan kerdil. Meski
bernama hutan, belum tentu ada pohonnya. Adakalnya hanya berupa hamparan rumput
tanpa pohon. Mendekati pusat kutub bahkan hanya ada tumbuhan sejenis lumut.
Meski demikian, para ahli tetap menamainya sebagai hutan (forest). Hutan di
kutub di antaranya sabana (padang rumput), tundra, taiga (pohon jarum dan
lumut), serta steppes.
Hutam berperan menjaga keseimbangan
ekosistem. Perubahan fungsi menjadi hutan produksi (pinus, karet, jati) atau
disulap menjadi perkebunan, pemukiman atau kawasan indutri membawa bencana bagi
manusia, di antaranya pemanasan global, dan banjir, dan tanah longsor.
3.
Hutan boreal,
yakni hutan yang berada di daerah lingkaran kutub.
Hutan boreal
atau hutan taiga berkembang di daerah lintang tinggi dekatdengan kawasan lingkar kutub dan merupakan jenis hutan
terluas kedua setelah hutantropika. Hutan ini ditumbuhi oleh jenis pohon
berdaun jarum, dimana di kawasan inimemiliki musim panas yang pendek dan musim
dingin yang panjang.
Permukaan tanah hutan ini umumnya
tertutup lumut kerak yang tebal.Tundra
merupakan daratan yang berada di dekat laut arktik. Daerah inimerupakan salah satu kawasan yang paling dingin
dan sepi di bumi. Musim dinginsangat
panjang dan dingin sekali. Musim panas sangat pendek dan hanya sedikithangat. Kehidupan sangat sulit untuk tumbuhan,
binatang, dan orang-orang yangtinggal disana. Mereka harus beradaptasi untuk
mengatasi cuaca yang amat dingindan angin membeku yang menerpa tundra
sepanjang tahun
Ciri-ciri bioma hutan taiga:
1. Perbedaan antara suhu musim panas
dan musim dingin cukup tinggi, pada musim panas suhu tinggi, pada musim dingin
suhu sangat rendah.
2. Pertumbuhan tanaman terjadi pada
musim panas yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
3. Flora khasnya adalah pohon berdaun
jarum/pohon konifer, contoh pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus).
Keanekaragaman tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam,
dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya disebut hutan
homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun, meskipun dalam musim dingin dengan
suhu sangat rendah.
4. Fauna yang terdapat di daerah ini
adalah beruang hitam, ajak, srigala dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah
tropis bila musim dingin tiba.
Taiga adalah bioma terestrial
terbesar di atas bumi yang meluas dalam suatu berkas yang lebar melintasi
Amerika Utara bagian utara dan Eurasia hingga perbatasan selatan tundra arktik.
Taiga mengalami hujan salju yang lebat selama musim dingin. Bentuk konikal
(kerucut) pada banyak pohon conifer mencegah terkumpulnya salju pada
cabang-cabang pohon yang kemudian mamatahkan cabang-cabang pohon tersebut.
Pekerjaan manusia yang kurang tepat dengan Hutan conifer ditebangi dengan laju
yang sangat menghawatirkan, akan membawa pohon tua yang berdiri di antara
pohon-pohon yang ada mungkin akan segera menghilang.
B.
Berdasarkan Sifat Musimnya
1.
Hutan hujan
atau rainforest.
Hutan hujan tropika
terbentuk di wilayah-wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum
berkisar antara 1,750 millimetre (69 in) dan 2,000 millimetre
(79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan berada di atas 18 °C
(64 °F) di sepanjang tahun.Hutan basah ini tumbuh di dataran rendah hingga
ketinggian sekitar 1.200 m dpl., di atas tanah-tanah yang subur atau relatif subur,
kering (tidak tergenang air dalam waktu lama), dan tidak memiliki musim kemarau yang nyata (jumlah bulan kering
< 2).
Hutan hujan tropis paling banyak
memiliki keragaman pohon, sekitar 100 species bisa tumbuh pada wilayah seluas
2,6 Km2. Sebagian besar pohon berdaun lebar dan selalu hijau sepanjang tahun,
terdapat juga pohon palm dan paku-pakuan. Kebanyakan hutan pohonnya membentuk
tiga lapisan selubung (canopy). Canopy paling atas dapat mencapai ketinggian 46
meter, tumbuhan yang melebihi canopy di sebut emergent. Tumbuhan understory
membentuk lapisan selubung ke dua.
Lapisan semak belukar dan tumbuhan
herbal sangat tipis karena sinar matahari terhalang oleh lapisan canopy.
Seringkali beberapa tanaman merambat dan menumpang lainnya menempel di
cabang-cabang pohon lapisan canopy, sehingga dapat menyerap sinar matahari
secara penuh.
Sebagian besar binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat menemukan makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya adalah makhluk terbang dan memanjat seperti kelelawar, berbagai jenis burung, serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular. Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di hutan ini:
Sebagian besar binatang hutan hujan tropis juga hidup pada lapisan canopy, dimana mereka dapat menemukan makanan yang sangat berlimpah. Binatang yang termasuk diantaranya adalah makhluk terbang dan memanjat seperti kelelawar, berbagai jenis burung, serangga, kadal, tikus, monyet, tupai, kungkang dan ular. Hutan hujan tropika merupakan vegetasi yang paling kaya, baik dalam arti jumlah jenis makhluk hidup yang membentuknya, maupun dalam tingginya nilai sumberdaya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan dataran rendah ini didominasi oleh pepohonan besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Ada tiga lapisan tajuk atas di hutan ini:
1. Lapisan pohon-pohon yang
lebih tinggi, muncul di sana-sini dan menonjol di atas atap tajuk (kanopi
hutan) sehingga dikenal sebagai “sembulan” (emergent). Sembulan ini
bisa sendiri-sendiri atau kadang-kadang menggerombol, namun
tak banyak. Pohon-pohon tertinggi ini bisa memiliki batang bebas cabang lebih
dari 30 m, dan dengan lingkar batang hingga 4,5 m.
2. Lapisan kanopi hutan rata-rata, yang
tingginya antara 24–36 m.
3. Lapisan tajuk bawah, yang tidak
selalu menyambung. Lapisan ini tersusun oleh pohon-pohon muda, pohon-pohon yang
tertekan pertumbuhannya, atau jenis-jenis pohon yang tahan naungan.
4. Kanopi hutan banyak
mendukung kehidupan lainnya, semisal berbagai jenis epifit (termasuk anggrek), bromeliad, lumut, serta lumut kerak, yang hidup melekat di cabang dan
rerantingan. Tajuk atas ini demikian padat dan rapat, membawa konsekuensi bagi
kehidupan di lapis bawahnya. Tetumbuhan di lapis bawah umumnya terbatas
keberadaannya oleh sebab kurangnya cahaya matahari yang bisa mencapai lantai
hutan, sehingga orang dan hewan cukup leluasa berjalan di dasar hutan.
Ada dua lapisan tajuk lagi di aras lantai hutan, yakni
lapisan semak dan lapisan vegetasi penutup tanah. Lantai hutan sangat kurang
cahaya, sehingga hanya jenis-jenis tumbuhan yang toleran terhadap naungan yang
bertahan hidup di sini; di samping jenis-jenis pemanjat (liana) yang melilit batang atau mengait
cabang untuk mencapai atap tajuk. Akan tetapi kehidupan yang tidak begitu
memerlukan cahaya, seperti halnya aneka kapang dan organisme pengurai (dekomposer)
lainnya tumbuh berlimpah ruah. Dedaunan, buah-buahan, ranting, dan bahkan
batang kayu yang rebah, segera menjadi busuk diuraikan oleh aneka organisme
tadi. Pemakan semut raksasa juga hidup di sini.
Pada saat-saat tertentu ketika tajuk tersibak atau terbuka
karena sesuatu sebab (pohon yang tumbang, misalnya), lantai hutan yang kini
kaya sinar matahari segera diinvasi oleh berbagai jenis terna, semak dan anakan
pohon; membentuk sejenis rimba yang rapat.
2.
Hutan
selalu hijau atau evergereen forest.
Hutan dan pepohonan dan tumbuhan
yang selalu hijau di segala musim. Hutan ini bisa berada di daerah tropis
maupun subtropis, maupun di lingkungan kutub.
3.
Hutan
musim atau hutan gugur, dikenal juga
dengan nama deciduous forest.
Hutan musim berupa hutan di wilayah tropika
dan subtropika yang memiliki iklim hangat sepanjang tahun, namun mengalami
musim kering (kemarau) yang panjang selama beberapa bulan. Walaupun wilayah ini
dicurahi hujan hingga beberapa ratus milimeter tiap tahunnya –bahkan lebih,
musim kering panjang itu memaksa kebanyakan tumbuhan menggugurkan daun-daunnya,
dan dengan demikian memengaruhi kehidupan makhluk di dalam hutan itu. Itulah
sebabnya hutan ini disebut musiman, atau ada pula yang menyebutnya hutan luruh daun.
Wilayah ini memiliki musim panas dan
musim hujan bergantian setiap tahunnya, atau iklim yang agak lebih dingin
dibanding hutan hujan tropis. Daerah ini meliputi Amerika tengah, Amerika
selatan bagian tengah, selatan Afrika, India, timur Cina, Australia utara, dan
kepulauan di pasifik termasuk Indonesia.
Hutan musim memiliki banyak
keragaman pohon, meskipun tidak sebanyak hutan hujan tropis. Terdapat juga
beberapa tanaman rambat dan tumpang. Beberapa pohon berguguran dan tumbuh
kembali, terutama di daerah yang memiliki perbedaan yang sangat jelas antara
musim panas dan musim hujan
Lapisan canopy bisa mencapai
ketinggian 30 meter. Satu lapisan understory tumbuh dibawah canopy. Bambu dan
palem memenuhi lapisan semak, dan lapisan tebal tumbuhan herbal menempel di
tanah. Binatang yang tinggal menyerupai, mereka yang hidup di hutan hujan
tropis.
Hutan gugur daun ini terutama didapati menggantikan hutan hujan tropika pada garis lintang yang lebih
tinggi, yakni antara 10° dan 20°LU
serta 10° dan 20°LS.
Pada tempat-tempat itu, hutan musim tropika ini acap ditemukan berselingan
dengan sabana
tropika
dan padang
rumput tropika;
sebagai hasil kombinasi faktor-faktor curah hujan yang rendah, kemampuan tanah
menahan air, serta kesuburan tanah setempat. Faktor pembentuk yang lain yang
tak kalah pentingnya adalah aktivitas manusia, terutama pembakaran hutan untuk
berbagai tujuan (perburuaHutan gugur daun yang paling beraneka ragam dijumpai
di Meksiko bagian selatan dan di dataran rendah Bolivia. Di samping itu, banyak kawasan hutan gugur daun tropika
yang dihuni spesies-spesies yang unik dan endemik, seperti halnya di pesisir Pasifik di barat-laut Amerika Selatan, di wilayah subtropika Amerika Serikat, dan di Afrika bagian tenggara. Hutan-hutan monsun
di India tengah dan Indocina terkenal karena keragaman fauna vertebratanya. Sementara
hutan-hutan yang serupa di Madagaskar dan Kaledonia Baru dikenal luas karena dihuni oleh banyak taksa yang khas, endemik, serta bersifat
reliktual.
Di Kepulauan Nusantara, terdapat pula sebuah sabuk hutan musim tropika, yang
melintas di kurang lebih kawasan Wallacea --dari Kepulauan Filipina
di sebelah utara, melintasi Sulawesi dan sebagian Maluku, menyeberang ke selatan hingga wilayah Nusa Tenggara,
Bali dan Jawa[1].
Keringnya wilayah-wilayah ini terutama disebabkan oleh angin monsun yang membawa perbedaan musiman yang jelas dalam
jumlah curah hujan bulanan
Ciri-ciri tumbuhan yang biasanya
memenuhi hutan musim adalah pohon-pohon yang tahan dari kekeringan dan termasuk
tumbuhan tropofit yang berarti mampu beradaptasi terhadap keadaan kering dan
juga keadaan basah. Pada musim kemarau (kering), daun pohon-pohon di hutan
musim akan meranggas, sebaliknya pada musim hujan, daunnya akan tumbuh dengan
lebat.
4. Hutan sabanna atau savannah forest
Hutan yang berada di wilayah dengan
musim kemarau panjang. Seperti stepa, sabana juga termasuk padang rumput,
hanya saja diselingi oleh pohon-
pohon yang tumbuhnya menyebar. Pepohon yang biasa tumbuh di sabana meliputi pohon palem dan akasia. Sabana dapat dianggap sebagai salah satu sistem biotik paling besar di bumi. Sistem biotik ini biasanya menempati daerah luas di Benua Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Sedangkan, umumnya Sabana terletak di daerah tropik hingga ke daerah subtropik.
pohon yang tumbuhnya menyebar. Pepohon yang biasa tumbuh di sabana meliputi pohon palem dan akasia. Sabana dapat dianggap sebagai salah satu sistem biotik paling besar di bumi. Sistem biotik ini biasanya menempati daerah luas di Benua Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Sedangkan, umumnya Sabana terletak di daerah tropik hingga ke daerah subtropik.
Hewan-hewan yang hidup di daerah sabana dapat
berupa herbivora maupun karnivora. Hewan yang termasuk ke dalam herbivora
tersebut adalah kuda dan zebra. Sedangkan untuk hewan yang termasuk karnivora
adalah macan tutul, singa dan anjing hutan.
Hutan luruh iklim sedang tumbuh di sebelah timur Amerika utara, eropa barat dan
asia timur. Wilayah ini memiliki musim panas dan musim dingin. Lapisan canopy
mencapai ketinggian 30 meter, dua jenis pohon atau lebih mendominasi lapisan
canopy, yang berguguran daunnya di musim gugur. Lapisan tengah dan semak
mungkin agak tebal. Juga dihuni binatang besar seperti beruang, rusa, dan
serigala. Ada juga ratusan binatang menyusui yang lebih kecil dan burung.
Savana adalah suatu daerah yang
memiliki pohon dengan jarak luas. Beberapa padang rumput pohon tumbuh dalam
satu gerombolan, ada juga yang tumbuh menyendiri. Sebagian besar tanah
ditumbuhi oleh semak dan tumbuhan herbal, terutama rumput, sehingga savana
disamakan dengan padang rumput. Savana terutama ditemukan diwilayah yang
memiliki sedikit curah hujan, tanah yang tidak subur, sering timbul kebakaran,
atau hal lain yang menghambat tumbuhnya pohon. Binatang yang hidup di padang
rumput diantaranya,kijang ,banteng, jerapah, singa, macan dan zebra.
Sabana mempunyai ciri-ciri khusus
antara lain adalah bersuhu panas sepanjang tahun. Hujan yang terjadi secara
musiman menjadi faktor paling penting bagi terbentuknya sabana. Hal tersebut
terjadi karena sabana akan berubah menjadi semak belukar apabila terbentuk mengarah
ke daerah yang intensitas hujannya makin rendah. Sebaliknya, sabana akan
berubah menjadi hutan basah apabila mengarah ke daerah yang intensitas hujannya
makin tinggi.
C. Berdasarkan Ketinggian Tempat
1.
Hutan pantai
atau beach forest.
Hutan pantai terdapat di
daerah-daerah kering tepi pantai dengan kondisi tanah berpasir atau berbatu dan
terletak di atas garis pasang tertinggi. Di daerah seperti itu pada umumnya
jarang tergenang oleh air laut, namun sering terjadi atau terkena angin kencang
dengan embusan garam.
2.
Hutan dataran rendah
atau lowland forest.
Merupakan hutan campuran antara
hutan hujan dataran rendah dengan hutan hujan tropis pegunungan. Aneka flora
hutan hujan tropis dataran rendah menutupi hampir semua permukaan daratan Taman
Nasional Meru Betiri yang memiliki iklim panas dan curah hujan cukup banyak,
serta terbagi merata. Hutan hujan tropis pegunungan di atas ketinggian 600 –
1.300 m dpl.
3.
Hutan pegunungan bawah
atau sub-mountain forest.
Hutan
pegunungan atau hutan montana (montane forest) adalah salah satu formasi hutan tropika basah yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk (kanopi)nya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali tertutupi
oleh lumut, yang tumbuh berlimpah-limpah. Yang memiliki ketinggian antara 1.000—1.500 m dpl. Oleh sebab itu, formasi hutan ini
juga dinamai hutan lumut, hutan kabut, atau hutan awan (cloud forest).
Salah satu faktor penting
pembentukan hutan ini adalah suhu yang rendah dan terbentuknya awan atau kabut yang kerap menyelimuti atap tajuk. Kabut ini
jelas meningkatkan kelembaban udara, menghalangi cahaya matahari dan dengan demikian menurunkan laju evapotranspirasi. Dengan meningkatnya elevasi, pohon-pohon cenderung
memendek dan banyak bercabang. Epifit berupa jenis-jenis anggrek, lumut dan pakis tumbuh melimpah di batang, cabang dan di atas tanah.
Presipitasi turun dalam bentuk pengembunan kabut pada dedaunan, yang kemudian
jatuh menetes ke tanah. Tanah di hutan ini cukup subur namun cenderung bergambut.
4.
Hutan pegunungan atas
atau mountain forest.
Yang memiliki
ketingian antara 1.000—2.400 m.
5.
Hutan kabut
atau mist forest.
6.
Hutan Elfin
atau alpine forest.
D.
Berdasarkan Kondisi Tanah
1.
Hutan Tanah Kapur
atau Limestone forest.
2.
Hutan Kerangas
atau Health Forest.
Hutan kerangas
merupakan salah satu ekosistem di Sumatera yan gdikelompokkan ke dalam uncommon
lowland forest bersama 2 tipe ekosistem lainnya yaitu hutan kayu ulin (ironwood
forest) dan ekosistem karst (forest on limestone) (Whitten et
al. 1984).
3.
Hutan Rawa Gambut
atau Peat Swamp-forest.
Hutan
rawa gambut merupakan hutan dengan lahan basah yang tergenang yangbiasanya
terletak di belakang tanggul sungai (backswanp). Hutan ini didominasi
olehtanah-tanah yang berkembang dari tumpukan bahan organik, yang lebih
dikenalsebagai tanah gambut atau tanah organic (Histosols). Dalam skala besar,
hutan inimembentuk kubah (dome) dan terletak diantara dua sungai besar.
Bentukan
lahan yang membentuk kubah menciptakan perbedaan
ketinggianantara daerah tepi sungai dengan puncak kubah. Hal ini yang
menciptakankemungkinan adanya aliran air dari puncak kubah ke pinggiran sungai
hinggamenciptakan komposisi lahan yang khas dan dapat menunjang
kehidupan-kehidupanyang ada dalam ekosistem tersebut.
Hutan rawa gambut terbentuk dalam 10.000-40.000
tahun. Awalnya berupacekungan yang menahan air tidak bisa keluar. Setelah 5.000
tahun, maka permukaanakan naik. Lama-kelamaan hutan rawa gambut secara bertahap
akan tumbuh. Karenaair tidak keluar dan terjadi pembusukan kayu, maka terjadi
penumpukan nutrient.Kalau kawasan rawa gambut dibuka, maka air dan nutriennya
akan keluar, dan yangakan terjadi adalah kawasan rawa gambut akan dangkal dan
unsur hara sangat sedikit.
4.
Hutan Rawa Air-tawar
atau hutan rawa yang dikenal juga dengan nama Freshwater Swamp-forest.
Pengertian dan Definisi dari Hutan Rawa adalah hutan yang tumbuh dan
berkembang pada tempat yang selalu tergenang air tawar atau secara musiman
hutan tersebut tergenang air tawar. Secara periodik daerah-daerah yang terletak
di dekat aliran sungai bila musim hujan selalu tergenang akan terbentuk hutan
rawa. Selain itu Hutan rawa juga biasanya terdapat di belakang hutan payau atau
mangrove.
Struktur tajuk pada hutan rawa secara vertikal terdiri dari beberapa stratifikasi tetapi ada yang mempunyai strata yang sederhana untuk jenis-jenis Palmae seperti pada hutan Nypha sp atau Sagu (Metroxylon sp). Hutan rawa tidak terpengaruh oleh iklim, lokasinya berada pada daerah yang rendah dan selalu atau secara periodik tergenang air tawar.
Struktur tajuk pada hutan rawa secara vertikal terdiri dari beberapa stratifikasi tetapi ada yang mempunyai strata yang sederhana untuk jenis-jenis Palmae seperti pada hutan Nypha sp atau Sagu (Metroxylon sp). Hutan rawa tidak terpengaruh oleh iklim, lokasinya berada pada daerah yang rendah dan selalu atau secara periodik tergenang air tawar.
Di dalam Remote Sensing atau Penginderaan Jauh,
Hutan Rawa dapat dikategorikan dalam dua kelompok berdasarkan aktivitas yang
terjadi pada hutan rawa tersebut. Pengelompokan hutan rawa tersebut adalah
sebagai berikut :
- Hutan Rawa Primer (Hrp/2005),
Seluruh kenampakan hutan di daerah berawa-rawa, termasuk rawa gambut yang
belum menampakkan tanda penebangan.
- Hutan Rawa Sekunder
(Hrs/20051), Seluruh kenampakan hutan berawa-rawa yang telah menampakkan
bekas penebangan. Bekas penebangan yang parah jika tidak memperlihatkan
liputan air digolongkan tanah terbuka, sedangkan jika memperlihatkan
liputan air digolongkan menjadi tubuh air (rawa).
E. Berdasarkan Dominasi Pepohonan
a.
Hutan Pinus
atau Pine Forest.
Hutan pinus merupakan contoh
ekosistem taiga, yang memiliki daun jarum
Hutan Pinus merupakan jenis
hutan dengan tanaman yang homogen..
Hutan pinus yang ada di indonesia
tepatnya di bawah kaki gunung Burangrang, yang ada di kabupaten Bandung Barat
merupakan peninggalan zaman Belanda, dimana para penjajah menanam pohon
tersebut agar kondisi di kaki gunung Burangrang mirip dengan tempat asalnya.
Mengingat di Belanda merupakan negara beriklim sedang, dimana di daerah iklim
sedang kita akan banyak menemui hutan pinus, karena merupakan tempat asli
banyaknya ditemui ekosistem taiga. Daerah tersebut merupakan daerah resapan
air. Secara geografis pohon pinus sebetulnya tidak cocok di tanam di daerah
resapan air, hal tersebut dikarenakan hutan pinus memiliki daun jarum yang
banyak memiliki stomata, sehingga akan banyak menyerap dan menguapkan air.
Hawa di hutan pinus ini sangat
sejuk, bahkan cenderung lembab. Hal ini disebabkan oleh rindangnya dedaunan
dari pohon pinus yang menutupi area hutan, sehingga tak heran jika tanah di
bawah menjadi cukup basah.
Fungsi-fungsi
hutan pinus
a. Fungsi Ekonomi:Sebagai penghasil kayu,Sebagai
hasil devisa bagi negara
b.Fungsi Ekologis:Mempertahankan kesuburan tanah,Mencegah terjadinya erosi,Mencegah terjadinya banjir,Sebagi tempat untuk mempertahankan keaneka ragaman hayati
c. Fungsi Klimatologis:Sebagai penghasil oksigen:Sebagai pengatur iklim
d. Fungsi Hidrologis:Sebagai pengatur tata air tanah,Sebagai penyimpan air tanah,Mencegah Intrusi air laut
b.Fungsi Ekologis:Mempertahankan kesuburan tanah,Mencegah terjadinya erosi,Mencegah terjadinya banjir,Sebagi tempat untuk mempertahankan keaneka ragaman hayati
c. Fungsi Klimatologis:Sebagai penghasil oksigen:Sebagai pengatur iklim
d. Fungsi Hidrologis:Sebagai pengatur tata air tanah,Sebagai penyimpan air tanah,Mencegah Intrusi air laut
Pinus memiliki ciri khas yaitu
memiliki batang utama silindris, lurus dalam tegakan rapat serta memiliki alur
yang dalam, cabang-cabang membentuk putaran yang teratur, tinggi bebas bebas
cabang bisa mencapai 10-25 meter, memiliki bentuk daun jarum dengan jumlah dua
helai yang dapat bertahan lebih dari 2 tahun dengan tepi daun bergerigi halus,
bunga berbentuk stobili jantan dan betina.
Daun merupakan bagian dari tajuk
pohon yang mungkin terjadinya proses fotosintesis, respirasi dan transpirasi.
Daun pinus berbentuk seperti jarum tersusun dalam berkas-berkas yang
masing-masing terdiri atas dua helai. Tajuk pinus berwarna hijau muda dengan
berbentuk limas pada waktu muda dan kemudian melebar setelah dewasa. Tajuk yang
besar dan baik memunginkan produksi getah yang tinggi. Untuk memberikan
kebebasan bagi perkembangan tajuk, dapat diusahakan dengan jarak tanam yang
lebar dengan cara melakukan penjarangan untuk memberikan ruang yang cukup bagi
pertumbuhan. biasanya terdapat di daerah iklim sedang
b.
Hutan Eukaliptus atau Eucalyptus Forest.
Hutan eukaliptus adalah sejenis hutan yang dominan ditumbuhi oleh pohon eukaliptus sejenis pohon dari Australia.
Ada lebih dari 700 spesies dari Eukaliptus, kebanyakan asli dari Australia,
dengan beberapa dapat ditemukan di Papua Nugini
dan Indonesia
dan juga sampai Filipina.
Anggota genus pohon ini dapat
ditemukan hampir di seluruh Australia, karena telah beradaptasi dengan iklim
daerah tersebut; bahkan tidak ada satu benua yang dapat digambarkan dengan
sebuah genus pohon seperti Australia dengan eukaliptusnya.
c.
Hutan Dipterokarpa.
d.
Hutan jati
atau Teak Forest
Hutan jati adalah sejenis hutan yang dominan ditumbuhi oleh pohon jati
(Tectona grandis). Di Indonesia, hutan jati terutama didapati di Jawa. Akan tetapi kini juga telah menyebar ke berbagai daerah
seperti di pulau-pulau Muna, Sumbawa,
Flores dan lain-lain.
Hutan jati merupakan hutan yang
tertua pengelolaannya di Jawa dan juga di Indonesia,
dan salah satu jenis hutan yang terbaik pengelolaannya.
Jati jawa, asli atau introduksi?
Para ahli (altona, 1922; Charles, 1960) menduga bahwa jati di Jawa dibawa oleh
orang-orang Hindu dari India pada akhir zaman hindu (awal abad X1V, hingga awal
abad XVI). Akan tetapi beberapa ahli yang lain menyangkal, dan menyatakan bahwa
tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menyatakan bahwa jati bukan tumbuhan
asli Jawa (Whitten dkk., 1999). Hipotesa introduksi jati dari india ke jawa
sudah barang tentu sulit dihindari, mengingat sifat kayunya yang sejak ratusan
tahun sangat dikenal, sehingga sudah barang tentu manusia sangat berperanan
penting terutama dalam penyebarannya.
Padahal menurut Peluso (1991), ketika pedagang
belanda mendarat di jawa pada pertengahan abad XVII, mereka mendapati tegakan
jati campuran atau bahkan tegakan jati hampir murni yang terbentang beratus-ratus
kilometer di bagian tengah pulau jawa. Bila hipotesa introduksi jati dari india
dibenarkan, maka introduksi tersebut telah berlangsung pada zaman yang lebih
kuno, paling tidak sekitar abad VI, yakni ketika pertukaran kebudayaan antara
India dan Indonesia berlangsung sangat kuat. Namun tidak ada catatan sejarah
yang menguatkan dugaan itu.
Dipihak lain hipotesa introduksi
jati dari India ke Jawa juga menimbulkan pertanyaan yang sulit dijawab terutama
tentang diketemukannya populasi jati alam di beberapa pulau terpencil di
Indonesia seperti di Madura, Muna, dan ketidakhadirannya di pulau pulau lain
selain di jawa padahal pulau - pulau tersebut (Sumatera misalnya) juga berperan
penting dalam jalur migrasi manusia antara India, Thailand, Kambodia, China,
Jepang. Berdasar itu Gartner (1956) meragukan hipotesa Altona, demikian pula
Troup (1921) yang cenderung mengganggap bahwa keberadaan jati di Jawa dan
beberapa pulau di indonesia adalah alami.Penelitian Kertadikara (1992) yang
mempelajari keragaman genetika beberapa populasi jati India, Jawa dan Thailand
dengan menggunakan isoenzym serta data morfologi, menunjukkan bahwa populasi
jati dari India memiliki struktur genetika sangat khas yang jauh berbeda dengan
populasi jati Jawa dan Thailand.
Sementara struktur genetika populasi
jati Thailand lebih dekat dengan struktur genetika populasi jati Jawa. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertama populasi jati India telah sejak
lama terisolasi secara geografi dari populasi-populasijati lainnya. Kedua, bila
hipotesa introduksi jati dari india ke Jawa dibenarkan, seharusnya akan
terlihat kedekatan struktur genetika antara populasi Jawa dan India.
Berdasar itu Kertadikara (1992)cenderung pada
hipotesa migrasi alami jati dari pusat penyebaran alaminya di daratan asia
tenggara (yang kemungkinan besar terletak di Myanmar), menggunakan pulau ke
pulau yang menghubungkan daratan asia dengan kepulauan indonesia pada zaman
pleistocene. Hubungan antra daratan asia dan kepulauan indonesia tersebut
dimungkinkan akibat penurunan permukaan air laut sekitar 100 hingga 120 m lebih
rendah dibanding permukaannnya sekarang. Sementara keberhasilan instalasi jati
di jawa dan beberapa pulau lainnya tergantung sepenuhnya pada kebutuhan
klimatik dan edafik, yang menyebabkan penyebaran alami jati bersifat terpu
HUTAN, tus-putus..