Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (جن
ذح) yang berarti tubuh mayat
dan kata جن ذ yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata
jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup
memandikan jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan,
dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi
orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut
jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada
seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang
maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang
menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah
SAW, yakninya:
عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا
لله عليه و سلم قا ل: فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما ت ا غسلو ه بما ء و سد ر
(رواه ا لبخرو مسلم)
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda
tentang orang yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan
air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan
jenazah yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Orang yang utama memandikan
jenazah
a. Untuk mayat laki-laki
Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah
orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya
dan istrinya.
b. Untuk mayat perempuan
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,
keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
c. Untuk mayat anak laki-laki dan
anak perempuan
Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan
sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.
d. Jika seorang perempuan
meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak
mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang
masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut
tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka
dengan memakai lapis tangan.[3] Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya:
اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل
ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس معهن ر جل غيره فأ نهما ييممان
و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء (رواه ه بو داود و ا لبيحقى)
Artinya: “Jika seorang perempuan meninggal di tempat
laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat
perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu
ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat
air.” (H.R Abu Daud dan Baihaqi)
2. Syarat bagi orang yang
memandikan jenazah
a. Muslim, berakal, dan baligh
b. Berniat memandikan jenazah
c. Jujur dan sholeh
d. Terpercaya, amanah, mengetahui
hukum memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah
serta mampu menutupi aib si mayat.
3. Mayat yang wajib untuk
dimandikan
a. Mayat seorang muslim dan bukan
kafir
b. Bukan bayi yang keguguran dan
jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan
c. Ada sebahagian tubuh mayat yang
dapat dimandikan
d. Bukan mayat yang mati
syahid
4. Tatacara memandikan jenazah
Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu:
a. Perlu diingat, sebelum mayat
dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk
keperluan mandinya, seperti:
1. Tempat memandikan pada ruangan
yang tertutup.
2. Air secukupnya.
3. Sabun, air kapur barus dan
wangi-wangian.
4. Sarung tangan untuk memandikan.
5. Potongan atau gulungan kain
kecil-kecil.
6. Kain basahan, handuk, dll.
b. Ambil kain penutup dan gantikan
kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.
c. Mandikan jenazah pada tempat
yang tertutup.
d. Pakailah sarung tangan dan
bersihkan jenazah dari segala kotoran.
e. Ganti sarung tangan yang baru,
lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan.
f. Tinggikan kepala jenazah agar
air tidak mengalir kearah kepala.
g. Masukkan jari tangan yang telah
dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan
hidungnya, kemudiankan wudhukan.
h. Siramkan air kesebelah kanan
dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.
i. Mandikan jenazah dengan air
sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian.
j. Perlakukan jenazah dengan
lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.
k. Memandikan jenazah satu kali
jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang wajib. Disunnahkan
mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
l. Jika keluar dari jenazah itu
najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajid dibuang dan dimandikan
lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak perlu diulangi mandinya,
cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
m. Bagi jenazah wanita, sanggul
rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur kebelakang, setelah disirim
dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang.
n. Keringkan tubuh jenazah setelah
dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi kain kafannya.
o. Selesai mandi, sebelum dikafani
berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol.
2.3. Mengkafani
Jenazah
Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan
sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani
jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist
diriwayatkan sebagai berikut:
ها جر نا سع ر سو ل ا لله صلى ا
لله عليه و سلم كلتمس و جه ا لله فو قع ا جرنا على الله فمنا من ما ت لم يأ كل من
ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد ما لكفنه ا لا بر د ة, ا ذا
غطينا بها ر أ سه خر جت ر جلا ه, و ا ذا غطينا بها ر جليه حر ج ر أ سه فأ مر نا ا
لنبي صلى ا لله عليه و سلم ا ن نغطي ر أ سه و ا ن نجعل على ر جليه من ا لا ذ خر
(رواه ا لبخا ر ى)
Artinya: “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan
mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari
Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi
sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud
dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya
ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka tersembul
kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh
rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)
Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
1. Kain kafan yang digunakan
hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat.
2. Kain kafan hendaknya berwarna
putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat
laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan
untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi
wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam
mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mayat laki-laki
a. Bentangkan kain kafan sehelai
demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan
diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi
wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung,
telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah
kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya,
lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah
disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan
tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya
dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau
kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya
saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.
2. Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain
putih, yang terdiri dari:
a. Lembar pertama berfungsi untuk
menutupi seluruh badan.
b. Lembar kedua berfungsi sebagai
kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai
baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk
menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk
menutup pinggul dan paha.
Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:
a. Susunlah kain kafan yang sudah
dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
c. Tutupkan kain pembungkus pada
kedua pahanya.
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga
dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain
terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan
kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang
telah disiapkan.
Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah
fardhu kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:
صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما
جه)
Artinya: “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara
kamu”
Orang paling utana untuk melaksanakan shalat jenazah yaitu:
a. Orang yang diwasiatkan si mayat
dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah.
b. Ulama atau pemimpin terkemuka
ditempat itu.
c. Orang tua si mayat dan
seterusnya ke atas.
d. Anak-anak si mayat dan
seterusnya ke bawah.
e. Keluarga terdekat.
f. Kaum muslimim seluruhnya.
Rukun shalat jenazah ialah:
a. Berniat menshalatkan jenazah.
b. Takbir empat kali.
c. Berdiri bagi yang kuasa.
Adapun tata cara melakukan shalat jenazah adalah sebagai berikut:
1. Niat shalat jenazah
Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah
SWT. Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum
hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki imam
berdiri sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam
berdiri di tengah-tengah sejajar pusat si mayat.
Lafal niat shalat jenazah:
a. Untuk mayat laki-laki
ا صلى على هذ اا لميت ار بع
تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما/ ا ما ما لله تعا لى
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir
fardhu kifayah menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”
b. Untuk mayat perempuan
ا صلى على هذ اا لميتة ار بع
تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما/ ا ما ما لله تعا لى
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir
fardhu kifayah menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”
2. Takbir 4 kali
a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat
tangan dan membaca Al-Fatihah.
Artinya:
1 Dengan menyebut nama Allah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam,
3. Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang,
4. Yang menguasai di hari Pembalasan,
5. Hanya Engkaulah yang kami
sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan,
6. Tunjukilah kami jalan yang
lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang
Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
b. Takbir kedua dan membaca
shalawat
ا للهم صل على محمد و على ا ل
محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم و با رك على محمد و على ا ل محمد
كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد.
Artinya: “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada
Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan
kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya
Engkau Maha terpuji lagi bijaksana”
c. Takbir ketiga dan membaca do’a untuk si mayat
ا للحم ا غفر له (ها) و ا ر حمه
(ها) و عا فه(ها) و ا عف عنه (ها) و ا كر م نز له (ها) ووسع مد خله (ها) و ا غسله
(ها) بما ء و ثلج و بر د و نقه (ها) من ا لخطا يا كم ينقى ا لثو ب من ا لد نس و ا
بد له (ها) دا را خيرا من دا ر ه (ها) و ا هلا خيرا من ا هله (ها) و
ادخله (ها) ا لجنة و ا عنذ ه (ها) من عذا ب ا لقبر و عذا ب ا لنا ر.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia,
maafkanlah dia dan sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah
kuburnya, sucikanlah dia dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari
kesalahannya, sebagaimana sucinya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya
dengan rumah yang lebih baik daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan
keluarga yang lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa
kubur dan siksa neraka.”
d. Takbir keempat lalu diam
sejenak dan membaca do’a
ا للحم لا تحر منا ا جر ه (ها)
ولا تفتنا بعد ه (ها) و ا غفر لنا و له (ها)
Artinya: “ Ya Allah janganlah Engkau tahan
untuk kami pahalanya dan janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah
kepergiannya”
2. 5. Menguburkan Jenazah
Disunnahkan membawa jenazah
dengan usungan jenazah yang di panggul di atas pundak dari keempat sudut
usungan.
Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus
tergesa-gesa. Bagi para pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di
belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara ada tuntunannya dalam
sunnah Nabi.
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah
diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit
terjaga dari jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada
syaq. Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan
syaq bagi selain kita (non muslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh
Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah
liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur pada
bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah
liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk huruf
U memanjang).
- Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an.
- Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam
kubur.
- Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan
jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang
kubur secara perlahan. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah
kiblat.
- Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah
mengucapkan: “BISMILLAHI
WA ‘ALA MILLATI RASULILLAHI (Dengan
menyebut Asma Allah dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassalam).” ketika menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.
Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan
jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya
selain tali kepala dan kedua kaki.
- Tidak perlu meletakkan bantalan dari tanah ataupun batu di
bawah kepalanya, sebab tidak ada dalil shahih yang menyebutkannya. Dan tidak
perlu menyingkap wajahnya, kecuali bila si mayit meninggal dunia saat
mengenakan kain ihram sebagaimana yang telah dijelaskan.
- Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan
tali-tali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut
ditutup dengan batu bata atau papan kayu/bambu dari atasnya (agak samping).
- Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah
liat agar menghalangi sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.
- Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman
tanah ke dalam liang kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah
yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan
(diuruk) tanah ke atas jenazah tersebut.
- Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda
agar tidak dilanggar kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta,
demikianlah bentuk makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).
- Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah
makam dan diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wassalam (dalam masalah ini terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih,
silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu diletakkan batu pada makam bagian
kepalanya agar mudah dikenali.
- Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula
menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya
serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)
- Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit
(dalam menjawab pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur).
Karena ketika itu ruhnya dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka
disunnahkan agar setelah selesai menguburkannya orang-orang itu berhenti
sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si mayit (dan doa ini tidak dilakukan
secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!). Sesungguhnya mayit bisa mendapatkan
manfaat dari doa mereka.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Berdasarkan uraian mengenai tata cara pengurusan jenazah dapat
diambil beberapa hikmah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas
yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban
kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang
dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan
manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing supaya mempersiapkan
bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia
adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah seorang manusia
meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT
dan RasulNya.