A. PENDAHULUAN
Perkembangan
filsafat Yunani berlangsung begitu cepatnya, sehingga dalam usaha untuk
menggambarkannya dengan mudah akan mengalami kesukaran mengenai kronologisnya.
Perkembangan ini berlangsung berangsur-angsur, meskipun secara relatif berjalan
cepat. Sampai saat ini filsafat Eropa dan Amerika juga didasarkan atas daya
pikir orang-orang Yunani, tidaklah mungkin untuk memahami filsafat dewasa ini
tanpa mengetahui sejarah dan asal-usulnya. Yang menjadi asal mulanya dalam arti
sempit ialah pemikiran Plato dan Aristoteles, dalam arti lebih luas lagi ialah
seluruh pikiran kuno sampai dengan surutnya peradaban kuno.
Meskipun
terdapat banyak perbedaan pendapat diantara para pemikir yang satu dengan yang
lain, namun filsafat merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini merupakan upaya
memahami. Para filsuf yang paling tua merupakan orang-orang pertama yang tidak
lagi merasa puas dengan penjelasan berdasarkan mitos-mitos, melainkan
menghendaki penjelasan yang masuk akal.
Disini
kita akan menyampaikan sejarah singkat tokoh filsafat dan pemikirannya. Plato merupakan
filosof utama yang pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma
dia, yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk
membuktikan persamaan pemberian kesempatannya. Mengenai kehidupan sosial, Plato mengemukakan semacam
komunisme yang melarang adanya hak milik dan kehidupan berfamili. Menurutnya,
adanya hak milik akan mengurangi dedikasi dan loyalitas seseorang pada
kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Namun, “komunisme” ala Plato ini hanya
terbatas pada kelas penguasa dan pembantu penguasa saja, sedangkan kelas
pekerja diperbolehkan memilik hak milik pribadi dan berfamili, karena merekalah
yang menghidupi kelas lainya dan tugas mereka adalah untuk menyelenggarakan
produksi perekonomian.
Pemikiran Plato sesungguhnya berdasar pada corak masyarakat
saat itu, bukan memaksakan sebuah sistem kepada masyarakat Athena. Pada saat
itu, kesenjangan antara si kaya dan si miskin sangat mencolok, pertentangan
politik pun kian hebat. Sistem pemerintahan tidak pernah berjalan secara tetap,
karena selalu terjadi perubahan dari aristokrasi, oligarki hingga demokrasi.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi Plato
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M. dan meninggal
disana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga
aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia
pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan
politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup
yang diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan
oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar.
Sepadan dengan badannya yang tinggi dan tegap raut mukanya, potongan tubuhnya
serta parasnya yang elok bersesuaian benar dengan ciptaan klasik tentang
manusia yang cantik. Bagus dan harmoni meliputi seluruh perawakannya. Dalam
tubuh yang besar dan sehat itu bersarang pula pikiran yang dalam dan menembus.
Pandangan matanya menunjuk seolah-olah ia mau mengisi dunia yang lahir ini
dengan cita-citanya. Pelajaran yang diperoleh dimasa kecilnya, selain dari
pelajaran umum ialah menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan
puisi. Sebelum dewasa ia sudah pandai membuat karangan yang bersajak.
Sebagaimana biasanya dengan anak orang baik-baik di masa itu plato mendapat
didikan dari guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari
kratylos. Kratylos dahulunya murid herakleitos yang mengajarkan “semuanya
berlalu” seperti air.[1][1]
2. Pengertian Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya
dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini telah
dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh J.G. Fichte,
Sckelling, dan Hegel.[2][2]
Idealisme mempunyai argument
epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan
bahwa materi bergantung kepada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak
menggunakan argument yang mengatakan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya
adalah ciptaan tuhan, argument orang-orang idealisme mengatakan bahwa
objek-objek tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.[3][3]
Menurut Plato ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia.
Ide tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang
tergantung pada ide. Ide adalah citra pokok dan perdana dari
realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Ide sudah ada dan berdiri
sendiri di luar pemikiran kita. Ide-ide ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Misalnya, ide tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari ide
dua, ide dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan ide genap. Namun, pada
akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan ide-ide
tersebut. Puncak inilah yang disebut ide yang “indah”. Ide ini melampaui segala
ide yang ada.
Tokoh aliran
idealisme adalah plato (427-374 SM), ia adalah murid sokrates. Aliran idealisme
adalah suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Ia adalah murid dan
teman Socrates. Setelah runtuhnya penguasaan TigaPuluh Penguasa Lalim ia
terpaksa meninggalkan Athena, dan ia tidak hadir pada peristiwa kematian serta
proses peradilan Socrates. Karena sering mengadakan perlawatan ia memperoleh
pengetahuan yang banyak jumlahnya. Usaha untuk menerapkan teori-teorinya pada
pemerintahan Dionysius I di Syarcuse mengalami kegagalan. Pada tahun 387 pada
pemerintahan Dionysius II di Syarcuse, Plato sekali lagi menerapkan
teori-teorinya, namun kembali mengalami kegagalan. Percobaan yang ketiga pada
tahun 361 akhirnya juga kandas[4][4].
Sejak berumur 20 tahun plato mengikuti pelajaran sokrates.
Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya. Pengaruh sokrates makin hari
makin mendalam padanya. Ia menjadi murid sokrates yang setia. Sampai pada akhir
hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam segala karangan yang berbentuk dialog, bersoal jawab,
sokrates kedudukannya sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran
plato tergambar keluar melalui mulut sokrates. Setelah pandangan filosofinya
sudah jauh menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya, ia terus
berbuat begitu. Sokrates digambarkannya sebagai juru bahasa isi hati rakyat di
Ahtena yang tertindas karena kekuasaan yang saling berganti. Kekuasaan
demokrasi yang meluap menjadi anarki dan sewenang-wenang digantikan
berturut-turut oleh kekuasaan seorang tiran dan oligarki, yang akhirnya membawa
Athena lenyap ke bawah kekuasaan asing.
Menurutnya cita adalah gambara asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan
bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera, dalam pertemuan jiwa dan cita
melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta
menganggap yang nyata hanya idea, dan idea yaitu selalu tetap atau tidak
mengalami perubahan serta penggeseran yang alami gerak yang tidak dikategorikan
idea.
Keberadaan idea tidak nampak dalam wujud lahiriah tetapi
gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan
idealisme adalah gambaran dari dunia idea sebab, posisinya tidak menetap
sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli,
keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaan sangat mutlak, tidak bisa
digunakan oleh material. Pada kenyataaanya idea digambarkan dengan dunia yang
tidak terbentuk, demikian jiwa bertempat didalam dunia yang tidak bertubuh yang
dikatakan dunia idea.
Dunia idea adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan
untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar
alam yang nyata. Menurut Berguson rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan
suatu visi yag lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan
bukan sebagai materi maupun dunia luar yang tidak dapat dikenal tetapi
melainkan dunia daya hidup yang kreatif .[5][5]
Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan
lingkungan sehingga melahirkan 2 macam realita yaitu :
1.
Yang Nampak, yaitu apa yang dialami
oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini. 2. Realitas sejati, yaitu merupakan sifat yang kekal dan sempurna
(idea), gagasan dan pemikiran
yang utuh didalamnya terdapat nila-nilai yang murni dan asli, kemudian
kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang Nampak, karena
idea merupakan wujud yang hakiki.
Prinsipnya aliran idealisme mendasari semua yang ada dan
yang nyata didalam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan
bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang nampak dan tergambar.
Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari
idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia
idea dengan Tuhan. Arche sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih
tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia roh itu pada dasarnya
dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut
sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan
secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa
gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat
yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi
individu dengan individu lainya. Oleh karena itu adanya hubungan rohani yang
akhirnya membentuk kebudayaan dan keberadaan baru.[6][6]
Sebagaimana Phidom mengetengahkan dua prinsip pengenalan
dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan disini adalah jiwa atau
sukma, dengan demikian dunia pun terbagi menjadi dua, yaitu:
1.
Dunia nyata dan dunia tidak nyata.
2.
Dunia kelihatan (boraton genos) dan
dunia yang tidak kelihatan (kosmos neotos).
Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasinya dimana
pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada
dihadapan manusia, sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui
apa dibalik alam nyata.
Memang kenyataannya sukar untuk mengerti unsur-unsur yang ada
pada ajaran idealisme khususnya dengan plato ini disebabkan aliran platonisme
bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu dari pada menampilkannya
dan mencari dalil keterangan itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakana
bahwa pikiran plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir.
Adanya buah pikiran plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan
tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan
utama.
Menurut Betran Russel adapun buah pikiran penting yang
dibicarakan oleh filsafat plato adalah sebagai berikut :
a.
Kota utama yang merupakan idea yang
belum pernah dan dikemukakan orang sebelumnya.
b.
Pendapatnya tentang idea merupakan
buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh,
persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan.
c.
Pembahasan dan dalil yang
dikemukakannya tentang keabadian.
d.
Buah pikiran tentang alam / cosmos.
e.
Pandangannya tentang ilmu
pengetahuan.
Disisi lain filsafat idealisme plato
banyak memberikan pengaruh dan sumbangan ke dalam dunia pendidikan. Dimana
plato mendasari pendidikan itu kaitannya sangat perlu, baik bagi dirinya selaku
individu maupun bagi warga Negara dan ditambahkannya bahwa pelaksanaan pendidikan
harus mengenyam pendidikan.
Demikian proses dan perjalanan
idealisme dalam dunia kehidupan yang telah banyak memberikan pengaruh kepada
filsafat J. Fitche yang sependapat dengan Kant bahwa filsafat merupakan ilmu
tentang batas-batas kemungkinan pengetahuan kita. Maksud ruang lingkup dunia
sebatas kemampuan yang ada pada manusia. Demikian juga selanjutnya bahwa
pengamatan berawal dari benda-benda menuju kepada aliran materialisme.
Benda-benda atau objek diberi bentuk oleh akal yang disebut idealisme.[7][7]
Hasil-hasil
karya Plato memberikan kesaksian mengenai luasnya pengetahuan yang dipunyai
mengenai para pendahulunya. Plato berusaha meleyakan suatu jembatan penghubung
yang dapat mempersatukan pertentangan yang ekstrim antara sikap mengingkari
keadaan diam yang diajarkan oleh Heraclitus dengan sikap mengingkari keadaan
bergerak yang diajarkan oleh Parmenides. Hal ini menimbulkan ajarannya mengenai
idea, yang bagaimanapun bukan merupakan suatu sikap yang mengabaikan kenyataan
sehari-hari. Plato senantiasa mengajarkan agar orang berpangkal pada sesuatu
yang terdapat di atas kenyataan duniawi, namun sekaligus berpegang erat kepada
kenyataan duniawi. Keadaan ini harus ditinjau dari segi ide-ide. Ajarannya
tidak berkecenderungan untuk memandang dunia sebagai sesuatu yang buruk, dunia
merupakan suatu yang harus diatur oleh manusia. Kitab-kitabnya yang berjudul
Negara dan Hukum memperlihatkan bahwa Plato tidak mengajarkan manusia melarikan
diri dari kenyataan duniawi.
Pemikiran yang dicetuskan Plato : Intisari dari pada
filosofi plato ialah pendapatnya tentang idea. Itu adalah suatu ajaran yang
sangat sulit memahamkannya. Salah satu sebab ialah bahwa pahamnya tentang idea
selalu berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai teori logika. Kemudian
meluas menjadi pandangan hidup, menjadi dasar umum bagi ilmu dan politik sosial
dan mencakup pandangan agama. Plato memisahkan kenyataan yang kelihatan dalam
alam yang lahir, dimana berlaku pandangan Herakleitos, dan alam pengertian yang
abstrak dimana berlaku pandangan Parmenides. Dalam bidang yang pertama yang ada
hanya kiraan. Sebab kalau semuanya mengalir dengan tidak berhenti-hentinya,
tiap barang bagi tiap orang pada setiap waktu hanya berupa seperti yang
terbayang dimukanya. Maka manusia menjadi ukuran dari segalanya, seperti
dikatakan oleh Protagoras. Tetapi pengetahuan dapat memberikan apa yang tetap
adanya, yaitu idea. Berlakunya idea itu tidak bergantung kepada pandangan dan
pendapat orang banyak. Ia timbul semata-mata karena kecerdasan berfikir.
Pengertian yang dicari dengan pikiran ialah idea. Idea pada hakikatnya sudah
ada, tinggal mencarinya saja. Pokok tinjauan filosofi plato ialah mencari
pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya sokrates yang
mengatakan “budi ialah tahu”. Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki
suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara
pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato. Pengertian yang mengandung
didalamnya pengetahuan dan budi, yang dicarinya bersama-sama dengan sokrates,
pada hakekat dan asalnya berlainan sama sekali dari pemandangan. Sifatnya tidak
diperoleh dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk menuju pengertian. Ia
diperoleh atas usaha akal sendiri. Idea menurut paham plato tidak saja
pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari pada keadaan yang sebenarnya. Idea
bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang
adanya yang satu kekal, dan tidak berubah-ubah. Tetapi yang baru dalam ajaran
plato ialah pendapatnya tentang suatu dunia yang tidak bertubuh. Filosofi
sebelumnya dia tidak mengenal gambaran dunia semacam itu. juga adanya dalam
pikiran Parmenides, yang mengisi sepenuh-penuhnya sehingga di sebelah tidak ada
lagi tempat yang kosong, masih merupakan sesuatu yang bertubuh.[8][8]
Pendapat Plato seterusnya tentang
etik bersendi ada ajarannya tentang idea. Dualisme dunia dalam teori
pengetahuan diteruskannya ke dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan seorang
bergantung kepada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan pula oleh
pendapat itu. dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektik
timbul budi yang lebih tinggi daripada yang dibawakan oleh pengetahuan dari
pandangan. Jadinya, menurut Plato ada 2 macam budi. Pertama, budi filosofi yang
timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Dengan uraian yang terbentang dalam
dialog itu plato membawa pembacanya ke daerah kosmologi dan filosofi alam.
Dialog itu menunjukkan bahwa plato bukan saja seorang filosof yang menguasai
seluruh filosofi sebelumnya, tetapi juga mempelajari berbagai ilmu spesial yang
diketahui pada masanya. Menurut Plato Tuhan sebagai pembangun alam menyusur
anasir yang empat itu dalam berbagai bentuk menjadi satu kesatuan. Kedalam
bentuk yang satu itu Tuhan memasukkan jiwa dunia yang akan menguasai dunia ini.
Oleh karena itu pembangunan dunia sekaligus menentukan sikap hidup manusia
dalam dunia ini.
Yang penting ialah kesamaan yang
terdapat antara jiwa dan ide, dengan
itu ia menuruti prinsip-prinsip
yang mempunyai peranan besar dalam filsafat. Jiwa memang mengenal idea-idea
maka atas dasar prinsip tadi disimpulkan bahwa jiwa pun mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan idea-idea, jadi sifatnya abadi dan tidak berubah. Plato
mengatakan bahwa dengan kita mengenal sesuatu benda atau apa yang di dunia ini sebenarnya
adalah proses pengingatan sebab menurutnya setiap manusia sudah mempunyai
pengetahuan yang dibawanya pada waktu berada di dunia idea, dan ketika
manusia masuk kedalam dunia realitas jasmani pengetahuan yang sudah
ada itu hanya tinggal diingatkan saja, maka Plato menganggap juga
seorang guru adalah mengingatkan muridnya tentang pengetahuan yang
sebetulnya sudah lama mereka miliki.
Ajaran Plato tentang etika
kurang lebih mengatakan bahwa manusia
dalam hidupnya
mempunyai tujuan hidup yang
baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai . Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani
Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga
berarti hidup dalam dunia, ia menolak bahwa Negara hanya
berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan
physis/kodrat Plato tidak pernah ragu
dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan
makhluk sosial, dengan demikian semua menurut kodratnya hidup. Negara menurut
Plato Negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau
saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi
bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakan semua
pekerjaan dalam satu waktu. Negara
ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya
penambahan penduduk dan kebutuhan pun bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini.[9][9]
Dari sini diseleksi lagi
untuk dijadikan calon pemimpin politik, dan untuk
membentuk pemimpin mereka harus
belajar filsafat hingga usia
30 tahun, tujuan belajar filsafat ini untuk melatih mereka dalam mencari
kebenaran. Dari sini diseleksi lagi dan mereka yang lulus seleksi akan
mempelajari filsafat dan dialektika secara lebih intensif selama 5 tahun. Dan
jika dalam pandidikan ini berhasil maka selama 15 tahun ia menduduki beberapa
jabatan Negara, tujuannya agar mereka tahu pekerjaan-pekerjaan negara. Dan pada usia 50 tahun, baru mereka
siap menjadi seorang pemimpin. Ada tiga golongan dalam Negara yang baik,
yaitu pertama, golongan penjaga ynag tidak lain adalah para filsuf yang sudah
mengetahui yang baik dan kepemimpinan dipercayakan pada mereka. Kedua,
pembantu atau prajurit. Dan ketiga golongan pekerja atau petani yang penanggung
kehidupan ekonomi bagi seluruh polis. Plato tidak begitu mementingkan adanya
undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus
berubah dan peraturan itu sulit di sama-ratakan itu semua tergantung masyarakat
yang ada di polis tersebut. Ada pun Negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk
demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak
kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan,
hingga perlu diadakan penggabungan, dan Negara ini berdasarkan pada pertanian
bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di
Athena.
Isi pemikiran Plato adalah pemikiran
mengenai idea. Dalam dunia ini kita hanya menangkap hal-hal yang berubah-ubah
dan fana. Penyelasaian yang dilakukan oleh Plato ialah bahwa ia mengakui adanya
kenyataan yang berupa perubahan maupun keniscayaan adanya keadaan yang berlaku
abadi. Plato menegaskan bahwa manusia begitu terikatnya pada dunia tangkapan
inderawi, sehingga sukar sekali baginya untuk mendaki kedalam dunia idea. Plato
sering menggambarkan titik puncak pemikirannya dengan menggunakan suatu cerita,
suatu mitos.
Filsafat plato merupakan suatu upaya
perkasa untuk menjembatan pertentangan diantara tokoh-tokoh yag mendahuluinya.
Plato mencoba untuk menghindari dilema yang dihadapi oleh Zeno dari Elea,
dengan jalan memberikan bentuk kenyataan sendiri-sendiri kepada yang berubah
dan yang tetap. [10][10]
a.
Ciri-ciri Karya-karya Plato
1.
Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato
selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama
karangannya.
2.
Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada
dialog. Dalam Su